Karsono Kwee, 38 Tahun Membangun Eurokars

Karsono Kwee, Executive Chairman Eurokars Group, perusahaan yang bergerak di bidang otomotif. Grup Eurokars saat ini mewakili 11 merek bergengsi, yakni Porsche, Rolls-Royce, BMW dan BMW M, Mini, Mazda, Maserati, McLaren, MG, Ferrari, Pagani, dan Bentley, di sejumlah negara di Asia dan Australia. (KOMPAS/SONYA HELLEN SINOMBOR)

Oleh SONYA HELLEN SINOMBOR
https://www.kompas.id/baca/gaya-hidup/2024/02/21/karsono-kwee-empat-dekade-menjalankan-grup-eurokars

Hampir empat puluh tahun Karsono Kwee menjalankan Grup Eurokars, perusahaan yang bergerak di bidang otomotif. Semenjak berdiri pada tahun 1985, Grup Eurokars berkembang pesat menjadi perusahaan otomotif yang mapan. Dari mengageni penjualan satu jenama mobil sport, menjadi grup penjualan berbagai merek ternama dunia otomotif.

Di usia yang ke-38, Grup Eurokars saat ini mewakili 11 merek bergengsi, yakni Porsche, Rolls-Royce, BMW dan BMW M, Mini, Mazda, Maserati, McLaren, MG, Ferrari, Pagani, dan Bentley.

Berkantor pusat di Singapura, Grup Eurokars hadir beroperasi di sejumlah negara, termasuk Indonesia, Australia, dan China. Di bawah kepemimpinan Karsono Kwee selaku executive chairman, kelompok usaha ini tumbuh dan berkembang serta memperluas jangkauan operasionalnya.

Bahkan, belum lama ini, Eurokars meresmikan Eurokars Centre, fasilitas unggulan yang menawarkan berbagai layanan dalam satu tempat, di Singapura. Di Eurokars Centre tak hanya tersedia ruang pamer Rolls-Royce dan BMW dan kantor pusat Eurokars Group, tetapi juga tersedia layanan pelatihan dan bengkel untuk merek McLaren dan Pagani, layanan servis, hingga layanan finansial.

Karsono Kwee selaku Executive Chairman Eurokars Group, perusahaan yang bergerak di bidang otomotif. Grup Eurokars saat ini mewakili 11 merek bergengsi, yakni Porsche, Rolls-Royce, BMW dan BMW M, Mini, Mazda, Maserati, McLaren, MG, Ferrari, Pagani, dan Bentley, dan beroperasi di sejumlah negara di Asia dan Australia. (KOMPAS/SONYA HELLEN SINOMBOR)

Perjuangan panjang Karsono membawa Eurokars Group mewarnai industri otomotif di wilayah Asia. Sejumlah penghargaan diterima Karsono, termasuk Medali Pelayanan Publik (PBM) dari Presiden Republik Singapura Halimah Yacob sebagai bagian dari National Day Awards 2017.

Bagi pengusaha kelahiran Surabaya, Jawa Timur, ini, merintis bisnis otomotif menjadi tantangan tersendiri baginya. Ketika mendapat kepercayaan untuk memasarkan mobil Porsche, Karsono mengaku hal tersebut jauh dari bayangannya. Bagi Karsono, mendapat kepercayaan dari Porsche adalah impiannya yang dijawab Tuhan.

Namun, kerja keras Karsono yang didukung para karyawannya membawa Eurokars terus maju hingga memasuki empat dekade. Dimulai dari 20 karyawan, kini Grup Eurokars memiliki 1.600 karyawan yang tersebar di Singapura, Indonesia, Australia, dan China.

Jauh sebelum mendirikan Eurokars, Karsono sudah berminat dengan dunia otomotif. Bahkan, dia sudah memiliki koleksi mobil merek terkemuka, seperti Porsche.

“Saya suka sekali dengan otomotif. Maka, pada tahun 1985, saat saya ada kesempatan mendapatkan bisnis Porsche, kami hanya start dengan 20 orang. Hingga waktu itu saya enggak pernah berdagang mobil, juga tidak punya fasilitas. Jadi, betul-betul dari nol. Itu perjuangan saya,” papar Karsono saat menerima Kompas dan beberapa awak media dari Indonesia pada Januari 2024 di kantor pusat Grup Eurokars di Singapura.

Kendati sukses di Singapura, kecintaannya pada Indonesia tak pernah pudar. Lahir dari ayah keturunan Tionghoa dan ibu berasal dari Malang, Karsono mengatakan tak akan pernah lupa dengan kota kelahirannya di Indonesia, yakni Surabaya. Hingga kini dia pun masih fasih berbahasa Jawa. Bahkan, selera makannya tak pernah berubah. Makanan Indonesia, terutama rawon dan soto ayam, menjadi makanan favorit Karsono dan istrinya.

“Indonesia, apalagi Jawa, ra iso lali (tak bisa lupa). Kalau pulang Surabaya, saya pasti njaluk mangan soto (minta makan soto), ha-ha-ha,” papar Karsono.

Karsono, yang akrab disapa Kwee, didampingi CEO Grup Eurokars Ong Lay Ling dan Managing Director PT Eurokars Motor Indonesia (Mazda Indonesia) Ricky Thio menjawab pertanyaan para jurnalis dari Indonesia. Bagaimana Kwee merintis dan menjalankan Grup Eurokars, berikut petikan wawancaranya.

Bagaimana awal perjalanan memulai bisnis otomotif?

Sejak tahun 1985 sampai lima tahun, itu betul-betul challenging buat saya. Saya pertama dikasih Porsche di lima negara, Singapura, kemudian Thailand, Malaysia, Brunei, dan Indonesia. Tetapi, selama 10-20 tahun saya fokuskan Porsche ke Indonesia. Dari situ kami pelan-pelan mengembangkannya. Kami satu per satu mengembangkan.

Saya mengembangkan lebih besar lagi sesudah Mazda Jepang menjadikan saya distributor. Dari sana mulai mengembang, karena Mazda yang di Singapura sudah 55 tahun, tetapi posisinya nomor 18. Tapi, begitu kami mengambil alih Mazda, dua-tiga tahun kemudian kami sudah masuk sepuluh besar. Begitu Mazda di Jepang tahu bagaimana kami mengembangkan, mereka mau kami ada nama di Singapura. Karena strategi, kami pernah sampai masuk tiga besar, lima besar, enam besar. Dari sana satu hari Mazda datang ke saya, tanya saya, meminta take over bisnis di Indonesia.

Bagaimana ceritanya bisa mendapatkan kepercayaan dari Porsche?

Begini, karena ceritanya memang ada background-nya. Sebelum tahun 1985, saya sudah mempunyai kira-kira 12 Porsche. Nah, agen (Porsche) yang lama waktu itu ada masalah dan Porsche datang, dan salah satu adiknya (agen) memperkenalkan saya ke principal. Saya enggak punya pengalaman dagang mobil. Saya bisanya beli mobil. Begitu saya dikasih Porsche, di kalangan industri Singapura ya kaget juga, orang ini dari mana? Saya enggak punya pengalaman menjalankan industri mobil. Untungnya, satu tahun Porsche cuma 20 mobil. Dan kenapa saudaranya bisa kenalkan saya, karena dia orang ada masalah finansial saya bantu. Selepas itu, saya sendiri komunikasi dengan principal.

Bisnis apa sebelum tahun 1985?

Sebelum itu, saya trading di Indonesia antara Indonesia dan Singapura, dan juga saya belajar jadi developer, membangun gedung. Tapi gimana, DNA saya di mobil. Begitu saya dapat kesempatan Porsche, saya gembiranya enggak bisa dinyatakan. Waktu itu saya masih ada trading, karena masih belum ada kepastian saya memiliki industri mobil. Jadi, saya pelan-pelan. Begitu dapat berapa mobil, saya pelan-pelan singkirkan yang lain. Kalau sekarang sudah 100 persen (otomotif). Saya cuma punya dua tangan, he-he-he.

Selama 38 tahun menjalankan Eurokars, apa tantangan dan rintangan yang dihadapi?

Selama 38 tahun belum semuanya lancar. Tapi, saya terus terang saja, dagang yang enggak gampang, selalu ada rintangan. Cuma kita harus confident, bagaimana cara mengelolanya. Untungnya saya juga senang mobil. Rintangan-rintangan itu, insya Allah, saya bisa mencairkan. Lagi pula, saya banyak tim, bukan hanya saya sendiri, untuk diskusi-diskusi. Kalau pendidikan, saya enggak ada apa-apanya. Saya sekolah di Surabaya, tapi enggak tamat. Saya gimana ya. Pikiran saya separuh sekolah.

Berhasil membawa Eurokars sampai sejauh ini, apakah ada mentor?

Terus terang saya tidak punya mentor, kasarnya saya sendiri. Sekolah enggak, saya juga sama sekali tidak ada warisan dari orangtua, satu dollar pun. Saya ke Singapura tahun 1970-an cuma membawa uang 20.000 dollar Singapura. Saya kumpul uang tukar dollar Singapura, bawa ke sini. Saya ambil barang dan bawa ke Indonesia, dagang.

Karsono Kwee (kiri) selaku Executive Chairman Eurokars Group bersama CEO Grup Eurokars Ong Lay Ling dan Managing Director PT Eurokars Motor Indonesia (Mazda Indonesia) Ricky Thio (kanan). (KOMPAS/SONYA HELLEN SINOMBOR)

Nilai-nilai keindonesiaan apa yang dipertahankan selama menjalankan bisnis otomotif?

Ya, di mana asal kita dilahirkan, kita tidak akan pernah lupa, kan? Biarpun kita mulai dan besar di Singapura, kalau ada kesempatan saya akan membesarkan usaha saya di Indonesia. Saya harus berterima kasih dengan karyawan yang selama ini mendukung Eurokars dan saya sendiri. Itu yang saya hargai. Bukan saya saja yang ada hari ini, saya tergantung pada semua karyawan saya.

Apa ambisi Anda untuk Mazda di Indonesia?

Begini, saya agak konservatif. Negara saya tidak punya footprint, saya tidak mau sangat agresif. Contoh tahun ’88 saya dapat Porsche di Thailand, Malaysia, Brunei. Saya coba berapa tahun, tapi akhirnya saya serahkan kepada partner di negara itu. Indonesia ceritanya kan tahu, saya asal dari Surabaya, tahun 1972 saya ke sini (Singapura), tapi saya masih bolak-balik. Maka, tahun 1990-an saya konsolidasi ke Indonesia, selain Singapura, dan di China, dan Australia, dan kebetulan ada mitra yang dapat diandalkan untuk menjalankannya. Mazda selalu respek saya, saya dikasih kesempatan untuk menjalankan dealer-nya, salah satunya di Perth.

Mazda dulu kelasnya bukan premium. Ketika dipegang PT Eurokars Motor Indonesia menjadi premium. Apa strategi yang dilakukan Eurokars?

Ada dua brand Jepang, satu Honda, satu Mazda. Selama di Singapura, saya cuma beli dua brand ini, sebelum saya dagang mobil. Saya tahu desain dan kualitas. Waktu itu Mazda bersama Ford. Begitu pisah sama Ford, saya lihat luar biasa. Saya tahu mobil Mazda akan ke premium. Maka, saya beri tahu kita harus cari jalan lain. Betul, tahun pertama susah. Waktu itu susah. Maka, saya bilang kita harus cari jalan lain. Untungnya waktu saya dapat Mazda, orang tahu Eurokars selalu dapat premium brand, terbantu dengan latar belakang Eurokars.